
Kisah Bediuzzaman Said Nursi, Bapak Kebangkitan Islam Modern dari Turki
Bagi sebagian orang namanya mungkin terdengar asing atau tidak familiar. Namun bagi mereka yang mendalami ilmu keislaman pastinya mengenal siapa tokoh yang satu ini. Ya, Bediuzzaman Said Nursi sang bapak kebangkitan Islam modern dari negeri Turki. Perannya sangat sentral dan besar dalam mengubah citra keislaman di Turki dengan ilmu-ilmunya yang seolah menjadi pencerah khususnya bagi orang-orang di negara Eropa selatan tersebut. Pasalnya, setelah kekuasaan Kemal Pasha Attaturk, banyak berkecamuk pro kontra yang berujung pada perselisihan, dan kehadiran Nursi benar-benar menjadi angin segar bagi peradaban Islam di sana.
Mengenal Siapa Bediuzzaman Said Nursi
Sebelum membahas lebih lanjut, tentu akan lebih afdol jika kita lebih dulu mengenal siapa tokoh muslim ini. Said Nursi lahir pada tahun 1293 H atau 1877 M di daerah Anatolia Timur, Bitlis, tepatnya di desa Nurs. Di sekitar tempat kelahiran Nursi inilah juga terdapat Danau Van, danau yang lumayan sering dikunjungi oleh wisatawan ketika tour ke Turki. Ayah Nursi bernama Sufi Mirza dan ibunya bernama Nuriye. Nursi adalah anak tengah, tepatnya anak ke empat dari tujuh bersaudara. Hidup Nursi kecil bisa dibilang cukup sederhana mengingat orang tuanya hanya memiliki tanah yang luasnya digambarkan hanya seukuran petak kecil. Keluarga Nursi juga dikenal sebagai keluarga yang saleh atau taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama Islam. Lalu bagaimana perjalanan hidupnya hingga ia menjadi tokoh yang disegani? Mari kita simak riwayatnya sedari kecil hingga ia wafat.

- Masa kecil dan remaja Nursi
Sejak kecil, Nursi dikenal sebagai anak yang memiliki kecerdasan lebih dibanding anak seusianya. Hal ini terlihat ketika Nursi kecil sering berpikir tentang hal-hal ilmiah dan tidak segan untuk menanyakannya kepada orang yang lebih dewasa atau gurunya. Rasa ingin tahu, keuletan, dan kerajinan melekat dan menjadi ciri khas dari Nursi kecil. Tidak hanya sampai situ, beliau di usia muda sudah sering menghadiri kajian-kajian ilmiah atau forum pendidikan yang digelar oleh majelis-majelis utama setempat. Sangat bertolak belakang dengan anak atau remaja pada umumnya yang menghabiskan waktunya hanya untuk sekolah, bermain, dan bersenang-senang. Selain cerdas, Nursi juga terkenal sebagai anak yang alim. Sejak akil baligh dia selalu mengutamakan ibadah wajib seperti sholat dan puasa. Dia juga tidak pernah berbuat kenakalan remaja seperti minum-minuman keras atau pergaulan bebas. Hal ini pula yang membuat beliau sudah mendapat respek besar dari masyarakat walaupun usianya masih muda. Delapan tahun adalah waktu yang dihabiskan oleh Said Nursi untuk pendidikan dasar yang berbasis agama, dimana gurunya tidak lain tidak bukan adalah ayahnya sendiri. Walaupun basisnya adalah agama, Nursi tetap belajar ilmu-ilmu umum lain seperti matematika, tata bahasa, sains, dan ilmu sosial agar seimbang antara ilmu duniawi dan akherat.
- Masa Pencarian Ilmu dan Sepak Terjang Nursi
Setelah merampungkan pendidikan dari ayahnya, Bediuzzaman Said Nursi mulai berkelana ke dunia luar untuk mencari ilmu. Ia belajar ilmu tafsir Al-Qur’an kepada Syeikh Muhammad Amin Affandi dan juga Syeik Sayyid Al Muhammad di madrasah yang berlokasi di Thag. Pikirannya yang kritis terus berkembang, hingga akhirnya beliau menelurkan mahakarya kitabnya yang diberi nama Risale I Nur di kota Barla. Isi dari kitab itu sendiri adalah ilmu komprehensif Al-Qur’an berjumlah kurang lebih 6000 halaman. Kitab tersebut ditulis menggunakan bahasa Arab dan diturunkan kepada murid-muridnya. Tujuan utama dari terciptanya Risale I Nur adalah untuk melestarikan Al-Qur’an bertepatan dengan momen pemerintah pada masa itu yang menetapkan tulisan latin sebagai tulisan utama menggantikan tulisan Arab. Perjuangan beliau tidak berakhir sampai di sini. Banyak fitnah dan dusta yang mengarah kepada dirinya mengingat pemikirannya yang moderat namun tetap menentang paham asing. Ujian datang berganti menerpa Nursi yang sudah disebut imam oleh para pengikutnya tersebut. Ketika berada di Isparta, tepatnya pada tahun 1934, beliau ditangkap bersama dengan sejumlah muridnya yang kurang lebih terdiri dari 120 orang. Seperti pesakitan, ia diasingkan oleh pemerintah dari satu tempat ke tempat lain. Penderitaan ini berlangsung selama 18 tahun. Dalam masa pengasingan, murid-murid Nursi justru semakin bertambah walaupun pemerintah berusaha mencegahnya. Ia pun kembali ke Isparta setelah masa pengasingannya berakhir pada tahun 1953. 3 tahun kemudian, akhirnya tulisan-tulisan dan pemikiran Nursi diijinkan untuk disebarluaskan secara komersial. Saat sistem politik mulai berkembang di Turki, dan beliau menghimbau kepada seluruh umat Islam di Turki agar mendukung Partai Demokrat Turki. Hal ini dikarenakan lawan dari Partai Demokrat adalah partai yang berbasis komunisme, dimana ia menganggap bahwa komunisme menjadi ancaman paling serius terhadap keislaman.

- Masa Tua dan Akhir Hayat Nursi
Menginjak usianya yang sudah lebih dari kepala lima, Bediuzzaman Said Nursi terus menggelorakan semangat perjuangan melalui tulisan dan pemikirannya kepada umat Islam khususnya para pemuda. Bertambahnya umur seakan tidak memadamkan tekadnya. Puncaknya pada tahun 1960, dalam kondisi sakit parah beliau tetap melakukan syiarnya bersama pengikutnya ke daerah Urfa. Akan tetapi, pemerintah kota Urfa sepertinya tidak menginginkan kehadiran beliau di sana. Padahal sejatinya warga-warga Urfa terus mengelu-elukan namanya dan bahkan mencegah polisi saat mereka akan mengusir Nursi dan pengikutnya. Di tahun itu pula, setelah perjuangan yang sangat berkesan, akhirnya Nursi tutup usia pada tanggal 23 Maret. Wafatnya Nursi juga bertepatan dengan hari ke 25 Ramadhan di tahun 1379 Hijriyah. Ia dimakamkan di Masjid Halirur Rahman, diiringi oleh pengikut dan simpatisannya.

Pasca Wafatnya Nursi
Peninggalan Nursi yang berupa harta benda hanya sebuah arloji, sebuah jubah, dan beberapa barang lain yang nilainya tidak seberapa. Selain itu, para pengikutnya sempat mencatat beberapa kutipan Nursi yang sangat bermakna. Di antaranya adalah : “Membangkitkan hidup agama berarti membangkitkan pula kehidupan berbangsa dan bernegara” dan “Seseorang yang bisa melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang berarti dia mempunyai pikiran yang baik, lalu dari pikiran yang baiklah ketenangan hidup dapat tercapai”. Nursi memang telah tiada, namun para pengikutnya terus bertambah bahkan hingga saat ini banyak orang yang meneladani ilmunya. Pemikiran dan tulisannya benar-benar menjangkau sudut hati umat Islam terutama dari kelompok pemuda. Tekad dan niat Nursi dalam membangkitkan Islam yang modern namun tetap berpedoman pada Al-Qur’an tak akan pernah surut walau dihempas badai sekalipun. “Bediuzzaman” yang berarti cahaya kekaguman zaman, tidak lain adalah nama depan Nursi itu sendiri, merupakan gelar yang disematkan oleh salah satu gurunya Syeikh Fathullah Affandi dan gelar itu sangat pantas menilik sepak terjangnya semasa hidup. Demikianlah kisah perjuangan Bediuzzaman Said Nursi, tokoh muslim dari Turki yang bisa menjadi suri tauladan khususnya bagi umat Islam di seluruh dunia.